More Stories

Top Ad 728x90

Monday, May 30, 2016

Abg Sma Ngentot Dengan Ayah Tiri.3gp

by

Saturday, July 6, 2013

" Al Entotin Mamanya " Maya Etiyanti "

by
Namanya Ahmad Al Ghazali panggilan nya Al umurnya 15 tahun. pasti kalian semmua mengenalnya, maklum Al anak artis terkenal di Indonesia, Al anak ahmad danny dan Maia Estianty yg sekarang telah bercerai. Al tinggal di rumah Danni , dan jarang diberi kesempatan untuk bertemu mamanya. Al mau menceritakan pengalaman seksnya di rumahnya sendiri. Kejadian ini baru terjadi dua bulan yang lalu. Al mempunyai seorang pacar, namanya Citra Aulia Marwan Dewicitra orangnya cantik. Dia mempunyai tinggi badan 171 cm, nyalit putih bersih, dadanya kira-kira 36 dan pantatnya sangat montok. Al sangat terangsang jika melihatnya. Suatu hari, tepatnya malam minggu.Waktu itu mamanya sedang pergi karena ada urusan kebetulan Al sedang diijinkan nginep di rumah Maia Estianty oleh Danny Ahmad,
Al mengajak citra untuk ke rumah Maia Estianty di pejaten, suasana sepi hanya kami berdua, cit kita nonton film aja yu di kamarku!, ayo kata citra, mereka berdua lansung masuk ke kamarnya, Al langsung menyalakan dvd player dan memasukan film , kemudian mereka berdua tiduran di tempat tidur, citra terkejut ketika tau yang Al setel adalah film bokep, “ ga apa pa kan cit, kita kan udah lulus smp musti tau dong yg kaya gini, citra menganggup malu,
Di layar terlihat seorang bule yg sedang meng oral kontol laki laki negro, terlihat nafas citra mulai terengah engah.“Kamu mau juga ya..", katAl manja. Dia lalu menariknya. Dibukanya bajunya, lalu dibukanya juga baju citra . 


Langsung dilumatnya kontolnya. Rasanya enak sekali. Diisapnya kontol Alsampai menyemprotkan sperma di mulutnya. Al puas atas perlakuannya. Lalu Citra menyuruhnya menjilati memeknya .oohh.. ahh.. erangnya. Lalu Al pindah meremas dan menjilati payudaranya. mmhh.. terus.. nggh.. Al menjilati payudaranya, perutnya sampai memeknya. oh.. ah.. ena.. k.. erangnya. Nafsunya naik lagi. Kontolnya mulai berdiri lagi. Masu.. kin aja.. pintanya. Lalu Al memasukan kontolnya dan memompanya. Rasanya enak sekali, kontolnya dijepit oleh otot memeknya. ahh.. terus.. sayang.. jeritnya. Lalu dibaliknya tubuhnya. Dengan posisi diatas, dia menggoyangkan pantatnya turun naik. Tangan Al meremas pantatnya yang montok. Payudaranya bergoyang-goyang. Aku mau keluar.. erangnya. Tahann.. sayang.. ujar AL. Lalu ahh.. agh.. oh.. citra mengerang panjang pertanda orgasme. Dia terus bergoyang dan crot.. crot.. crot.. menyemburlah sperm Al didalam memek Citra. Lalu Citra mencium bibirnya. Mereka pun tergeletak bersampingan. "Makasih cit.. betul-betul nikmat", ujarnya sambil meremas payudara Citra . "Iya.. kamu hebat juga", katanya "Maukan beginian lagi..?", tanyAl "Kapan aja kamu pengen", ujar Citra sambil tersenyum.

Al senang sekali. Al terus minta jatah sama citra. Kapan ada kesempatan mereka pasti melakukannya dengan berbagai macam gaya. Al juga sudah merasakan pantatnya yang montok. Waktu itu citra lagi haid, jadi AL sodomi aja pantatnya. Rasanya sama-sama enak kok. Sampai pada suatu hari, Waktu itu mereka pulang sekolah, Al mengajaknya ke rumah maia estianty, dan langsung ke kamarnya dengan bernafsu mereka saling berpagut dan mulai melepaskan baju masing masing, Al terus merangsangnya. Al menjilati payudaranya. Citra mendesah. Lalu dia bangkit, menimpanya sambil berbalik. mereka melakukan gaya 69, Dikocoknya dan diisapnya kontolnya. Al pun menjilati memeknya sambil meremas pantatnya. Lagi asyik menjilat, tiba-tiba pintu kamar dibuka. Mereka sangat terkejut. Ternyata mamAl ( Maia Estianty )sedang memergoki mereka berbuat mesum.


Mama Al ( Maia Estianty )masuk dan menutup pintu. Muka maia estiantynya tampak marah melihat perbuatan mereka . Al dan citra hanya bisa terdiam. Matanya menatap kami tajam. "Maafin kami ma!, ini salah Al. Al yang ngajak Citra. Soalnya Al lagi terangsang! Ujarnya "Lagi pula citra juga mau kok", ujar Citra membela Al. "Terserah mama mau marah, kami kan udah gede dan punya hasrat seks yang harus disalurkan", ujarnya. maia estiantynya terdiam sejenak "Ya.., udah terserah kalian. Tapi perbuatan kalian jangan sampai ketahuan papa!", ujarnya. "Satu hal lagi Al, jangan sampai Citra hamil", katanya sambil menatapnya. "Ya..udah sebagai hukumannya mama mau lihat bagaimana kalian melepaskan hasrat seks kalian itu", ujarnya lagi.


Al dan Citra saling pandang. Lalu mereka lanjutkan permainan mereka . Al mulai merangsang Citra lagi. Dijilatinya payudara citra . Lalu menjilati memeknya. Ah..sst.. mmh.. desahnya. Tanpa lama2 Al memasukkan kontolnya ke liang memek Citra dan mengocoknya. Akkh..ohh..ngghh..ah.. ah..desahnya. Al makin mempercepat kocokannya. Dan akhh..ahh ..akhhkhh.., jeritnya panjang. Dia merasakan Citra sudah mencapai orgasme. Semakin cepat goyangannya. ck .ckk.. ck..suara kocokan kontolnya di memeknya yang sudah basah bercampur cairan orgasmenya. "Mau keluar nih..", jeritnya "dimulutku aja!", ujar Citra sambil menahan sodokan kontol Al, Al mencabut kontolnya. Citra langsung menggenggam kontolnya dan mengocoknya dalam mulutnya. Crott.. crot..crot..crot menyemburlah sperma Al ke mulutnya sebanyak 8 kali. Mulutnya penuh dengan sperma Al. Sampai menetes keluar dari sela mulutnya. Dan ditelannya semua. Al terbaring puas, dan Citra menjilati kontolnya untuk membersihkan sisa sperma. Al melihat mamanya menggelengkan kepalanya.


Lalu Maia Estianty pergi keluar dari kamar. Al dan Citra hanya tersenyum. Mereka akan lebih bebas melakukannya dirumah, walaupun mama Al mengetahuinya. Mere ka saling berpelukan dan berciuman , Al membiarkan citra tertidur karena kelelahan, Al masih memikirkan kejadian tadi. "Mama Al tidak melarang Al ngeseks dengan pacarnya. Berarti Al juga bisa ngeseks dengan mamnya", pikirnya. Lagian body mama masih sip abis. Soalnya mamanyat rajin fitness. Walaupun usianya udah 36 tahun tapi masih oke (bukan membanggakan). Lagi pula mamanya pasti lebih berpengalaman. Al berpikir lama mengenai ide gilAl ini. Nyaputuskan, Al harus bisa merasakan ngeseks dengan mamAl maia estiantynya sendiri.


Lalu Al keluar dan masuk kekamar maia estiantynya. Al melihat mamanya berbaring membelakanginya. terlihat pantatnya yang montok dan pahanya yang mulus. Al membuka pakaiannya sendiri sampai bugil. Dan sambil menelan ludah Al naik ke tempat tidur dalam keadaan bugil. Dipeluknya Maia Estianty dari belakang dan digesek kontolnya yang sudah tegang. Tiba2 mama Al (Maia Estianty ) terbangun "Ngapain kamu, Al?", tanyanya. "Pengen ngeseks sama bunda ", jawabnya manja. Al langsung memeluk dan menciumnya. Mama Al maia estiantynya diam saja. Al membuka kimono mamanya . Wow bunda tidak pakai BH dan CD. Payudaranya besar (lebih besar daripada punya Citra) dan masih kencang. Memeknya merah merekah. Al heran kenapa papanya ninggalin mama nya . Al langsung meremas payudara Maia Estianty , menjilatinya dan menggigitnya. Maia Estianty hanya mendesah kecil. "Jilatin memek bunda Al ya.. kayak Citra tadi..", pintanya sambil meraba memeknya. Al lalu menjilati memek Maia Estianty sambil memainkan klitorisnya dengan gigi dan lidahnya. Ahh..terus.. sayang.. okh.. e. na. k..desah maia estianty. Kepala Al dijepitnya dengan kedua pahanya dan rambutnya dijambaknya. Agar Al terus menjilati memeknya. 10 menit lidahnya menari di memek bundanya dan akhirnya Maia Estianty orgasme juga.


Al mearasakan cairan hangat di lidahnya. Lalu Maia Estianty bangkit dan menyuruhnya telentang. Maia Estianty lalu mengambil baby oil dan mengoleskan kekontolnya. Lalu dikulumnya kontol Al anaknya dengan nikmat. ohh..rasanya benar2 nikmat sampe ubun2. Bundanya jauh lebih enak daripada Citra. Al merasakan kenikmatan yang dahsyat. Maia Estianty mengulum semua kontolnya beserta buah zakarnya. Yang paling sensasional nyarasakan saat bundanya mengocok kontolnya sambil menjilati lubang duburnya. Wow benar2 asyik dan nikmat. Al sampai merinding kenikmatan.
Sekitar 10 menitan menyemprotlah sperma Al di depan wajah bundanya maia estiantynya. Maia Estianty sibuk menjilati sperma Al yang muncrat kemana mana. "Wah.. benar-benar nikmat ma..", ujarnya. "bunda jago oral", pujinya "Kamu juga jago jilatannya, bunda sampe merinding", ujarnya "Gimana, mau dilanjutkan?", tanya Maia Estianty "Iya dong..Al kan mau ngerasain memek bunda!", ujarnya sambil melihat memek bundanya. "bunda juga mau ngerasain sodokan kontolmu!", jawabnya manja. Lalu Maia Estianty mengajaknya ke kamar mandi, untuk membersihkan memeknya dan kontolnya. Al menghidupkan air di bathtub setinggi mata kaki. Mereka berdua masuk dan Al mencumbu Maia Estianty bundanya , Al mencium bibirnya dan nyaremas-remas payudaranya.

Mereka berdua sangat bernafsu, terutama Al. Padahal Al sudah main sebelumnya dengan Citra. Al sudah nggak tahan untuk memasukkan kontolnya ke memek maia estianty. Ia menusukan kontolnya dan bless.. amblas semuanya terbenam. Al merasakan jepitan liang surga bundanya ( Maia Estianty )masih kuat. Al memompa kontolnya menghujam memek maia estianty. Kaki Maia Estianty menjepit sisi bathtub. Ohh..yeahh.. ahh.. 



jerit maia estianty. Sekitar 3 menit Maia Estianty minta ganti posisi menyamping dengan posisi kaki belipat ke arah samping dan Al menggoyang dari atas menyodok memek bundanya . Maia Estianty tampak sangat menikmatinyamaia estianty)minta doggy style. Mereka bangkit dan Maia Estianty menungging bertumpu pada sisi bathtub. Al menyodok memek Maia Estianty dari belakang. Maia Estianty mendesah campur menjerit kecil. Pantatnya yang montok beradu dengan pangkal paha Al. Al memeluk bundanya Maia Estianty dari belakang sambil terus bergoyang perlahan, meremas payudaranya. "Ma..masukin ke lubang anus ya..", bisiknya "Pelan2 Al , bunda belum pernah ..", jawabnya. Al mencabut kontolnya dan meSmasukkan pelan pelan ke lubang anus bundanya maia estianty. Mama Al maia estianty merintih kecil menahan sakit. Lubang anus Maia Estianty memang belum pernah dijamah. Masih terasa ketat. Al menggoyang perlahan-lahan sambil tangannya mengusap-usap bibir memekn bundanya dari belakang. Oh.. ahhk.. oh.. nikmat.. Maia Estianty mendesah.

Sekitar 4 menit Al mencabut kontolnya Al membalikan tubuh bundanya Maia Estianty dan satu kakinya nya diangkat dan diletakkan di washtafel. Al memasukkan kontolnya lagi dan mengocok bundanya lagi. sekitar 1 menit, Al mengangkat bundanya dan ditidurkan di lantai kamar mandi. Kakinya mengangkang dan Al mulai menggenjotnya lagi. Shh.. ohh.. akhh.. Maia Estianty terus menjerit merasakan nikmatnya. Dan ohh.. ahh.. Maia Estianty melenguh sambil memejamkan matanya menikmati orgasmenya.

Al terus bergoyang. Lalu Al mengakhiri permainannya dengan semprotan spermAl di dalam rahim bundanya Maia Estianty tempat Al dikandung dulu. Al benar-benar puas. Al mencium bundanya maia estianty. "Makasih ma.. permainan mama sangat hebat", pujinya "mama mau kan..ngentot sama Al lagi..?", Tanya Al. Maia estiantyn hanya tersenyum dan mengangguk "Asal.. jangan ketahuan Papa ya..!", katanya. Al cuma tersenyum. Lalu mereka mandi bersama dalam bathtub. Malamnya Al terlelap tidur.
Esok paginya, Al bangun 7 pagi dan bersiap mandi. Al melihat bundanya sedang di dapur. Al mendatangi bundanya Maia Estianty dan nyaremas pantatnya. "Aduh.. kamu nakal ya..", ujarnya. Al membuka celananya dan mengeluarkan kontolnya yang tegang. Al menggesekkan kontolnya ke pantat maia estiantynya. "Ma..ayo.. dong..", bujuknya "Please..", rayunya "Isap aja ya..", tawar bundanya "Ya.., deh..!", sahutnya lalu Maia Estianty jongkok dan mengisap kontolnya. Mata Al meram melek menahan nikmatnya. Sampai Al menyemburkan lahar hangat kemulut bundanya maia estianty.

Lalu Al mandi dan berangkat sekolah . Di sekolah Al rasanya pengen cepat pulang. Pukul 2 siang Al tiba dirumah mamnya bersama citra pacarnya. Al memanggil bundanya Maia Estianty kekamarnya. "Gimana.. kalo kita main bertiga", usulnya "Hah..!!", jawab Maia Estianty dan Citra serentak. "Aduh.. nih..anak.. nafsu amat ya..", ujar maia estianty "Kayaknya asyik juga tuh.", sahut Citra.


Citra langsung membuka bajunya. Dan menimpa Al. Bibirnya dilumatnya sambil tangannya melucuti pakaiannya. Maia Estianty akhirnya membuka bajunya dan ikut bergabung. Maia Estianty langsung mengisap kontolnya sambil menjilatinya. Sedangkan Al menjilati memek Citra. Lalu Al menyuruh Maia Estianty tidur telentang sambil mengangkang. dijilatinya memek Maia Estianty dan Citra menjilati dan meremas remas payudara maia estianty. Ssst.. enaak.. ahh.. erang maia estianty. Lalu gantian, Al menjilati memek Citra dan Maia Estianty menjilati payudara Citra. Al mulai memasukkan kontolnya ke memek Citra dan memompanya. Sedangkan Maia Estianty menjilati payudara Citra sambil menggosok2 memeknya sendiri. Aaahh..ohh.. oh.. Citra menjerit kecil berbarengan dengan deru napasnya yang tidak teratur. Al mempercepat goyangannya. Al harus membuat Citra orgasme terlebih dahulu.


Beberapa saat kemudian Citra mengerang puas ah. a. h.. ah. ah. ah. ahh.. ha.. sambil nafasnya agak tersengal. Kontolnya terasa dijepit otot memek Citra yang yang berkontraksi. Al mencabut kontolnya dan menarik maia estianty. Lalu nyamasukkan kontolnya ke liang surganya dan menggenjotnya. maia estianty hanya mendesah kecil. Al menikmati goyangannya. Al lalu membalikkan tubuh bundanya Maia Estianty keatas, Maia Estianty bergoyang bagai menaiki kuda.
Tangannya meremas-remas pantat Maia Estianty dan membantunya turun naik. Ooo.. ahh.. yehh.. erang Maia Estianty sambil memejamkan matanya. Payudaranya bergantung dan bergoyang. Ohh..ahh.. terdengar erangan maia estianty sambil memejamkan mata dan menahan ludah. Al merasakan bundanya Maia Estianty sudah orgasme. Al memeluk Maia Estianty dan membalikkan badannya. Citra langsung mendekat dan menjilati payudara Maia estianty. Al langsung menggenjot bundanya maia estianty lagi dengan posisi telentang. Sekitar dua menitan, Al merasakan mau mencapai puncak. Langsung dicabut kontolnya dan disemburkan ke mulut Citra dan bundanya maia estianty. Mereka berebutan. Sperma Al muncrat kewajah mereka berdua.

Al lalu terduduk lemas.Al melihat bundanya Maia Estianty dan Citra saling menjilati spermanya yang muncrat kewajah mereka. Setelah 10 menit Citra keluar dari kamarnya. Dan Al memainkan satu ronde lagi dengan bundanya Maia estiantynya. Dan diakhiri dengan semburan sperma di dalam lubang anusnya. Setelah itu Maia Estianty keluar dan mandi.
Sekarang Al benar-benar betah berada di rumah, kapan saja ada saja yang melayaninya bundanya( Maia Estianty )dan Citra). Hampir tiap pagi Al mendapat jatah oral dari maia estianty. Tapi semua sudah diatur. Kalo siang Al mainnya sama maia estianty, dan kalo malam malam lagi pengen, Al mainnya sama Citra. Tapi kadang nggak tentu juga, yang mana aja. Kalo ada kesempatan, mereka main bertiga. Bahkan Al pernah bolos sekolah karena kecapekan melayani bundanya Maia Estianty dan Citra. Kejadian ini membuatnya betah di rumah
Begitulah yang diceritakan Al kepadaku, Al berjanji akan menceritakan pengalamannya mengentot istri muda papanya yaitu Mulan Jameela, tunggu saja ceritanya……
 

" Menyetubuhi Suadara Tiriku "

by

Sebelum aku cerita pengalaman sex ku yang satu ini aku ingin kenalkan dulu namaku Ben. Ceritaku ini dimulai, waktu aku SMA kelas 3, waktu itu aku baru sebulan tinggal sama ayah tiriku. Ibu menikah dengan orang ini karena karena tidak tahan hidup menjanda lama-lama. Yang aku tidak sangka-sangka ternyata ayah tiriku punya 2 anak cewek yang keren dan seksi habis, yang satu sekolahnya sama denganku, namanya Lusi dan yang satunya lagi sudah kuliah, namanya Riri. Si Lusi cocok sekali kalau dijadikan bintang iklan obat pembentuk tubuh, nah kalau si Riri paling cocok untuk iklan BH sama suplemen payudara. Sejak pertama aku tinggal, aku selalu berangan-angan bahwa dapat memiliki mereka, tapi angan-angan itu selalu buyar oleh berbagai hal. Dan siang ini kebetulan tidak ada orang di rumah selain aku dengan Lusi, ini juga aku sedang kecapaian karena baru pulang sekolah. “Lus! entar kalau ada perlu sama aku, aku ada di kamar,” teriakku dari kamar. Aku mulai menyalakan komputerku dan karena aku sedang suntuk, aku mulai dech surfing ke situs-situs porno kesayanganku, tapi enggak lama kemudian Lusi masuk ke kamar sambil bawa buku, kelihatannya dia mau tanya pelajaran. “Ben, kemaren kamu udah nyatet Biologi belom, aku pinjem dong!” katanya dengan suara manja. Tanpa memperdulikan komputerku yang sedang memutar film BF via internet, aku mengambilkan dia buku di rak bukuku yang jaraknya lumayan jauh dengan komputerku.
“Lus..! nich bukunya, kemarenan aku udah nyatet,” kataku.
Lusi tidak memperhatikanku tapi malah memperhatikan film BF yang sedang di komputerku.
“Lus.. kamu bengong aja!” kataku pura-pura tidak tahu.
“Eh.. iya, Ben kamu nyetel apa tuh! aku bilangin bonyok loh!” kata Lusi.
“Eeh.. kamu barusan kan juga liat, aku tau kamu suka juga kan,” balas aku.
“Mending kita nonton sama-sama, tenang aja aku tutup mulut kok,” ajakku berusaha mencari peluang.
“Bener nich, kamu kagak bilang?” katanya ragu.
“Suwer dech!” kataku sambil mengambilkan dia kursi.

Lusi mulai serius menonton tiap adegan, sedangkan aku serius untuk terus menatap tubuhnya.
“Lus, sebelum ini kamu pernah nonton bokep kagak?” tanyaku.
“Pernah, noh aku punya VCD-nya,” jawabnya.
Wah gila juga nich cewek, diam-diam nakal juga.
“Kalau ML?” tanyaku lagi.
“Belom,” katanya, “Tapi.. kalo sendiri sich sering.”
Wah makin berani saja aku, yang ada dalam pikiranku sekarang cuma ML sama dia.
Bagaimana caranya si “Beni Junior” bisa puas, tidak peduli saudara tiri, yang penting nafsuku hilang.
Melihat dadanya yang naik-turun karena terangsang, aku jadi semakin terangsang, dan batang kemaluanku pun makin tambah tegang.
“Lus, kamu terangsang yach, ampe napsu gitu nontonnya,” tanyaku memancing.
“Iya nic Ben, bentar yach aku ke kamar mandi dulu,” katanya.
“Eh.. ngapain ke kamar mandi, nih liat!” kataku menunjuk ke arah celanaku.
“Kasihanilah si Beni kecil,” kataku.
“Pikiran kamu jangan yang tidak-tidak dech,” katanya sambil meninggalkan kamarku.
“Tenang aja, rumah kan lagi sepi, aku tutup mulut dech,” kataku memancing.

Dan ternyata tidak ia gubris, bahkan terus berjalan ke kamar mandi sambil tangan kanannya meremas-remas buah dadanya dan tangan kirinya menggosok-gosok kemaluannya, dan hal inilah yang membuatku tidak menyerah. Kukejar terus dia, dan sesaat sebelum masuk kamar mandi, kutarik tangannya, kupegang kepalanya lalu kemudian langsung kucium bibirnya. Sesaat ia menolak tapi kemudian ia pasrah, bahkan menikmati setiap permainan lidahku. “Kau akan aku berikan pengalaman yang paling memuaskan,” kataku, kemudian kembali melanjutkan menciumnya. Tangannya membuka baju sekolah yang masih kami kenakan dan juga ia membuka BH-nya dan meletakkan tanganku di atas dadanya, kekenyalan dadanya sangat berbeda dengan gadis lain yang pernah kusentuh.
Perlahan ia membuka roknya, celanaku dan celana dalamnya. “Kita ke dalam kamar yuk!” ajaknya setelah kami berdua sama-sama bugil, “Terserah kaulah,” kataku,
“Yang penting kau akan kupuaskan.” Tak kusangka ia berani menarik penisku sambil berciuman, dan perlahan-lahan kami berjalan menuju kamarnya. “Ben, kamu tiduran dech, kita pake ’69′ mau tidak?” katanya sambil mendorongku ke kasurnya. Ia mulai menindihku, didekatkan vaginanya ke mukaku sementara penisku diemutnya, aku mulai mencium-cium vaginanya yang sudah basah itu, dan aroma kewanitaannya membuatku semakin bersemangat untuk langsung memainkan klitorisnya.

Tak lama setelah kumasukkan lidahku, kutemukan klitorisnya lalu aku menghisap, menjilat dan kadang kumainkan dengan lidahku, sementara tanganku bermain di dadanya. Tak lama kemudian ia melepaskan emutannya. “Jangan hentikan Ben.. Ach.. percepat Ben, aku mau keluar nich! ach.. ach.. aachh.. Ben.. aku ke.. luar,” katanya berbarengan dengan menyemprotnya cairan kental dari vaginanya. Dankemudian dia lemas dan tiduran di sebelahku.

“Lus, sekali lagi yah, aku belum keluar nich,” pintaku.
“Bentar dulu yach, aku lagi capek nich,” jelasnya.
Aku tidak peduli kata-katanya, kemudian aku mulai mendekati vaginanya.
“Lus, aku masukkin sekarang yach,” kataku sambil memasukkan penisku perlahan-lahan.
Kelihatannya Lusi sedang tidak sadarkan diri, dia hanya terpejam coba untuk beristirahat. vag|na Lusi masih sempit sekali, penisku dibuat cuma diam mematung di pintunya. Perlahan kubuka dengan tangan dan terus kucoba untuk memasukkannya, dan akhirnya berhasil penisku masuk setengahnya, kira-kira 7 cm.

“Jangan Ben.. entar aku hamil!” katanya tanpa berontak.
“Kamu udah mens belom?” tanyaku.
“Udah, baru kemaren, emang kenapa?” katanya.
Sambil aku masukkan penisku yang setengah, aku jawab pertanyaannya,
“Kalau gitu kamu kagak bakal hamil.”
“Ach.. ach.. ahh..! sakit Ben, a.. ach.. ahh, pelan-pelan, aa.. aach.. aachh..!” katanya berteriak nikmat.
“Tenang aja cuma sebentar kok, Lus mending doggy style dech!” kataku tanpa melepaskan pen|s dan berusaha memutar tubuhnya.
Ia menuruti kata-kataku, lalu mulai kukeluar-masukkan penisku dalam vaginanya dan kurasa ia pun mulai terangsang kembali, karena sekarang ia merespon gerakan keluar-masukku dengan menaik-turunkan pinggulnya.

“Ach.. a.. aa ach..” teriaknya.
“Sakit lagi Ben.. a.. aa.. ach..”
“Tahan aja, cuma sebentar kok,” kataku sambil terus bergoyang dan meremas-remas buah dadanya.

———-

“Ben,. ach pengen.. ach.. a.. keluar lagi Ben..” katanya.
“Tunggu sebentar yach, aku juga pengen nich,” balasku.
“Cepetan Ben, enggak tahan nich,” katanya semakin menegang.
“A.. ach.. aachh..! yach kan keluar.”
“Aku juga Say..” kataku semakin kencang menggenjot dan akhirnya setidaknya enam tembakan spermaku di dalam vaginanya.

Kucabut penisku dan aku melihat seprei, apakah ada darahnya atau tidak? tapi tenyata tidak.
“Lus kamu enggak peraw*n yach,” tanyaku.
“Iya Ben, dulu waktu lagi masturbasi nyodoknya kedaleman jadinya pecah dech,” jelasnya.
“Ben ingat loh, jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia kita aja.”"Oh tenang aja aku bisa dipercaya kok, asal lain kali kamu mau lagi.”
“Siapa sih yang bisa nolak ‘Beni Junior’,” katanya mesra.

Setelah saat itu setidaknya seminggu sekali aku selalu melakukan ML dengan Lusi, terkadang aku yang memang sedang ingin atau terkadang juga Lusi yang sering ketagihan, yang asyik sampai saat ini kami selalu bermain di rumah tanpa ada seorang pun yang tahu, kadang tengah malam aku ke kamar Lusi atau sebaliknya, kadang juga saat siang pulang sekolah kalau tidak ada orang di rumah.

Kali ini kelihatannya Lusi lagi ingin, sejak di sekolah ia terus menggodaku, bahkan ia sempat membisikkan kemauannya untuk ML siang ini di rumah, tapi malangnya siang ini ayah dan ibu sedang ada di rumah sehingga kami tak jadi melakukan ini. Aku menjanjikan nanti malam akan main ke kamarnya, dan ia mengiyakan saja, katanya asal bisa ML denganku hari ini ia menurut saja kemauanku.

Ternyata sampai malan ayahku belum tidur juga, kelihatannya sedang asyik menonton pertandingan bola di TV, dan aku pun tidur-tiduran sambil menunggu ayahku tertidur, tapi malang malah aku yang tertidur duluan. Dalam mimpiku, aku sedang dikelitiki sesuatu dan berusaha aku tahan, tapi kemudian sesuatu menindihku hingga aku sesak napas dan kemudian terbangun.

“Lusi! apa Ayah sudah tidur?” tanyaku melihat ternyata Lusi yang menindihiku dengan keadaan telanjang.
“kamu mulai nakal Ben, dari tadi aku tunggu kamu, kamu tidak datang-datang juga. kamu tau, sekarang sudah jam dua, dan ayah telah tidur sejak jam satu tadi,” katanya mesra sambil memegang penisku karena ternyata celana pendekku dan CD-ku telah dibukanya.
“Yang nakal tuh kamu, Bukannya permisi atau bangunin aku kek,” kataku.
“kamu tidak sadar yach, kamu kan udah bangun, tuh liat udah siap kok,” katanya sambil memperlihatkan penisku.
“Aku emut yach.”
Emutanya kali ini terasa berbeda, terasa begitu menghisap dan kelaparan.
“Lus jangan cepet-cepet dong, kasian ‘Beni Junior’ dong!”
“Aku udah kepengen berat Ben!” katanya lagi.
“Mending seperti biasa, kita pake posisi ’69′ dan kita sama-sama enak,” kataku sembil berputar tanpa melepaskan emutannya kemudian sambil terus diemut.

Aku mulai menjilat-jilat vaginanya yang telah basah sambil tanganku memencet-mencet payudaranya yang semakin keras, terus kuhisap vaginanya dan mulai kumasukkan lidahku untuk mencari-cari klitorisnya.
“Aach.. achh..” desahnya ketika kutemukan klitorisnya.
“Ben! kamu pinter banget nemuin itilku, a.. achh.. ahh..”
“kamu juga makin pinter ngulum ‘Beni’ kecil,” kataku lagi.
“Ben, kali ini kita tidak usah banyak-banyak yach, aa.. achh..” katanya sambil mendesah.
“Cukup sekali aja nembaknya, taapi.. sa.. ma.. ss.. sa.. ma.. maa ac.. ach..” katanya sambil menikmati jilatanku.
“Tapi Ben aku.. ma.. u.. keluar nich! Ach.. a.. aahh..” katanya sambil menegang kemudian mengeluarkan cairan dari vaginanya.

“Kayaknya kamu harus dua kali dech!” kataku sambil merubah posisi.
“Ya udah dech, tapi sekarang kamu masukin yach,” katanya lagi.
“Bersiaplah akan aku masukkan ini sekarang,” kataku sambil mengarahkan penisku ke vaginanya.
“Siap-siap yach!”
“Ayo dech,” katanya.
“Ach.. a.. ahh..” desahnya ketika kumasukkan penisku.
“Pelan-pelan dong!”
“Inikan udah pelan Lus,” kataku sambil mulai bergoyang.
“Lus, kamu udah terangsang lagi belon?” tanyaku.
“Bentar lagi Ben,” katanya mulai menggoyangkan pantatnya untuk mengimbangiku, dan kemudian dia menarik kepalaku dan memitaku untuk sambil menciumnya.

“Sambil bercumbu dong Ben!”
Tanpa disuruh dua kali aku langsung mncumbunya, dan aku betul-betul menikmati permainan lidahnya yang semakin mahir.
“Lus kamu udah punya pacar belom?” tanyaku.”Aku udah tapi baru abis putus,” katanya sambil mendesah.
“Ben pacar aku itu enggak tau loh soal benginian, cuma kamu loh yang beginian sama aku.”
“Ach yang bener?” tanyaku lagi sambil mempercepat goyangan.
“Ach.. be.. ner.. kok Ben, a.. aa.. ach.. achh,” katanya terputus-putus.
“Tahan aja, atau kamu mau udahan?” kataku menggoda.
“Jangan udahan dong, aku baru kamu bikin terangsang lagi, kan kagak enak kalau udahan, achh.. aa.. ahh.. aku percepat yach Ben,” katanya.

Kemudian mempercepat gerakan pinggulnya.
“Kamu udah ngerti gimana enaknya, bentar lagi kayaknya aku bakal keluar dech,” kataku menyadari bahwa sepermaku sudah mengumpul di ujung.
“Achh.. ach.. bentar lagi nih.”
“Tahan Ben!” katanya sambil mengeluarkan penisku dari vaginanya dan kemudian menggulumnya sambil tanganya mamainkan klitorisnya.
“Aku juga Ben, bantu aku cari klitorisku dong!” katanya menarik tanganku ke vaginanya.
Sambil penisku terus dihisapnya kumainkan klitorisnya dengan tanganku dan..
“Achh.. a.. achh.. achh.. ahh..” desahku sambil menembakkan spermaku dalam mulutnya.
“Aku juga Ben..” katanya sambil menjepit tanganku dalam vaginanya.
“Ach.. ah.. aa.. ach..” desahnya.

“Aku tidur di sini yach, nanti bangunin aku jam lima sebelum ayah bagun,” katanya sambil menutup mata dan kemudian tertidur, di sampingku.
Tepat jam lima pagi aku bangun dan membangunkanya, kemudian ia bergegas ke kamar madi dan mempersiapkan diri untuk sekolah, begitu juga dengan aku. Yang aneh siang ini tidak seperti biasanya Lusi tidak pulang bersamaku karena ia ada les privat, sedangkan di rumah cuma ada Mbak Riri, dan anehnya siang-siang begini Mbak Riri di rumah memakai kaos ketat dan rok mini seperti sedang menunggu sesuatu.

———-

“Siang Ben! baru pulang? Lusi mana?” tanyanya.
“Lusi lagi les, katanya bakal pulang sore,” kataku, “Loh Mbak sendiri kapan pulang? katanya dari Solo yach?”
“Aku pulang tadi malem jam tigaan,” katanya.
“Ben, tadi malam kamu teriak sendirian di kamar ada apa?”
Wah gawat sepertinya Mbak Riri dengar desahannya Lusi tadi malam.
“Ach tidak kok, cuma ngigo,” kataku sambil berlalu ke kamar.
“Ben!” panggilnya, “Temenin Mbak nonton VCD dong, Mbak males nich nonton sendirian,” katanya dari kamarnya.
“Bentar!” kataku sambil berjalan menuju kamarnya, “Ada film apa Mbak?” tanyaku sesampai di kamarnya.
“Liat aja, nanti juga tau,” katanya lagi.
“Mbak lagi nungguin seseorang yach?” tanyaku.
“Mbak, lagi nungguin kamu kok,” katanya datar, “Tuh liat filmnya udah mulai.”

“Loh inikan..?” kataku melihat film BF yang diputarnya dan tanpa meneruskan kata-kataku karena melihat ia mendekatiku. Kemudian ia mulai mencium bibirku.
“Mbak tau kok yang semalam,” katanya, “Kamu mau enggak ngelayanin aku, aku lebih pengalaman dech dari Lusi.”
Wah pucuk di cinta ulam tiba, yang satu pergi datang yang lain.
“Mbak, aku kan adik yang berbakti, masak nolak sich,” godaku sambil tangan kananku mulai masuk ke dalam rok mininya menggosok-gosok vaginanya, sedangkan tangan kiriku masuk ke kausnya dan memencet-mencet payudaranya yang super besar.
“Kamu pinter dech, tapi sayang kamu nakal, pinter cari kesempatan,” katanya menghentikan ciumannya dan melepaskan tanganku dari dada dan vaginanya.
“Mbak mau ngapain, kan lagi asyik?” tanyaku.”Kamu kagak sabaran yach, Mbak buka baju dulu terus kau juga, biar asikkan?” katanya sambil membuka bajunya.

Aku juga tak mau ketinggalan, aku mulai membuka bajuku sampai pada akhirnya kami berdua telanjang bulat.
“Tubuh Mbak bagus banget,” kataku memperhatikan tubuhnya dari atas sampai ujung kaki, benar-benar tidak ada cacat, putih mulus dan sekal.
Ia langsung mencumbuku dan tangan kanannya memegang penisku, dan mengarahkan ke vaginanya sambil berdiri.
“Aku udah enggak tahan Ben,” katanya.
Kuhalangi penisku dengan tangan kananku lalu kumainkan vaginanya dengan tangan kiriku.
“Nanti dulu ach, beginikan lebih asik.”
“Ach.. kamu nakal Ben! pantes si Lusi mau,” katanya mesra.

“Ben..! Mbak..! lagi dimana kalian?” terdengar suara Lusi memanggil dari luar.
“Hari ini guru lesnya tidak masuk jadi aku dipulangin, kalian lagi dimana sich?” tanyanya sekali lagi.
“Masuk aja Lus, kita lagi pesta nich,” kata Mbak Riri.
“Mbak! Entar kalau Lusi tau gimana?” tanyaku.
“Ben jangan panggil Mbak, panggil aja Riri,” katanya dan ketika itu aku melihat Lusi di pintu kamar sedang membuka baju.
“Rir, aku ikut yach!” pinta Lusi sambil memainkan vaginanya.
“Ben kamu kuat nggak?” tanya Riri.
“Tenang aja aku kuat kok, lagian kasian tuch Lusi udah terangsang,” kataku.
“Lus cepet sinih emut ‘Beni Junior’,” ajakku.

Tanpa menolak Lusi langsung datang mengemut penisku.
“Mending kita tiduran, biar aku dapet vaginamu,” kataku pada Riri.
“Ayo dech!” katanya kemudian mengambil posisi.
Riri meletakkan vaginanya di atas kepalaku, dan kepalanya menghadap vag|na Lusi yang sedang mengemut penisku.
“Lus, aku maenin vaginamu,” katanya.
Tanpa menunggu jawaban dari Lusi ia langsung bermain di vaginanya.Permainan ini berlangsung lama sampai akhirnya Riri menegangkan pahanya, dan.. “Ach.. a.. aach.. aku keluar..” katanya sambil menyemprotkan cairan di vaginanya.

“Sekarang ganti Lusi yach,” kataku.
Kemudian aku bangun dan mengarahkan penisku ke vaginanya dan masuk perlahan-lahan.
“Ach.. aach..” desah Lusi.
“Kamu curang, Lusi kamu masukin, kok aku tidak?” katanya.
“Abis kamu keluar duluan, tapi tenang aja, nanti abis Lusi keluar kamu aku masukin, yang penting kamu merangsang dirimu sendiri,” kataku.
“Yang cepet dong goyangnya!” keluh Lusi.
Kupercepat goyanganku, dan dia mengimbanginya juga.
“Kak, ach.. entar lagi gant.. a.. ach.. gantian yach, aku.. mau keluar ach.. aa.. a.. ach..!” desahnya, kemudian lemas dan tertidur tak berdaya.

“Ayo Ben tunggu apa lagi!” kata Riri sambil mengangkang mampersilakan penisku untuk mencoblosnya.
“Aku udah terangsang lagi.”
Tanpa menunggu lama aku langsung mencoblosnya dan mencumbunya.
“Gimana enak penisku ini?” tanyaku.
“pen|s kamu kepanjangan,” katanya, “tapi enak!”.
“Kayaknya kau nggak lama lagi dech,” kataku.
“Sama, aku juga enggak lama lagi,” katanya, “Kita keluarin sama-sama yach!” terangnya.
“Di luar apa di dalem?” tanyaku lagi.
“Ach.. a.. aach.. di.. dalem.. aja..” katanya tidak jelas karena sambil mendesah.
“Maksudku, ah.. ach.. di dalem aja.. aah.. ach.. bentar lagi..”
“Aku.. keluar.. ach.. achh.. ahh..” desahku sambil menembakkan spermaku.
“Ach.. aach.. aku.. ach.. juga..” katanya sambil menegang dan aku merasakan cairan membasahi penisku dalam vaginanya.

Akhirnya kami bertiga tertidur di lantai dan kami bangun pada saat bersamaan.
“Ben aku mandi dulu yach, udah sore nich.”
“Aku juga ach,” kataku.
“Ben, Lus, lain kali lagi yach,” pinta Riri.
“Itu bisa diatur, asal lagi kosong kayak gini, ya nggak Ben!” kata Lusi.
“Kapan aja kalian mau aku siap,” kataku.
“Kalau gitu kalian jangan mandi dulu, kita main lagi yuk!” kata Riri mulai memegang penisku.

Akhirnya kami main lagi sampai malam dan kebetulan ayah dan ibu telepon dan mengatakan bahwa mereka pulangnya besok pagi, jadi kami lebih bebas bermain, lagi dan lagi. Kemudian hari selanjutya kami sering bermain saat situasi seperti ini, kadang tengah malam hanya dengan Riri atau hanya Lusi. Oh bapak tiri, ternyata selain harta banyak, kamu juga punya dua anak yang siap menemaniku kapan saja, ohh nikmatnya hidup ini. 

" Ngentot Istri Teman Kuliahku "

by

Sebut saja namanya “Sidar†(nama samaran). Dia adalah seorang wanita bersuku campuran. Bapaknya berasal dari kota Menado dan Ibunya dari kota Maka ssar. Bapaknya adalah seorang polisi berpangkat Serma, sedang ibunya adalah pengusaha kayu.

Singkat cerita, ketika hari pertama aku ketemu dengan teman kuliahku itu, rasanya kami langsung akrab karena memang sewaktu kami sama-sama duduk di bangku kuliah, kami sangat kompak dan sering tidur bersama di rumah kostku di kota Bone. Bahkan seringkali dia mentraktirku.

“Nis, aku senang sekali bertemu denganmu dan memang sudah lama kucari-cari, maukah kamu mengingap barang sehari atau dua hari di rumahku?†katanya padaku sambil merangkulku dengan erat sekali. Nama teman kuliahku itu adalah “Nasirâ€.

“Kita lihat saja nanti. Yang jelas aku sangat bersukur kita bisa ketemu di tempat ini. Mungkin inilah namanya nasib baik, karena aku sama sekali tidak menduga kalau kamu tinggal di kota Makassar ini†jawabku sambil membalas rangkulannya. Kami berangkulan cukup lama di sekitar pasar sentral Makassar, tepatnya di tempat jualan cakar.“Ayo kita ke rumah dulu Nis, nanti kita ngobrol panjang lebar di sana, sekaligus kuperkenalkan istriku†ajaknya sambil menuntunku naik ke mobil Feroza miliknya. Setelah kami tiba di halaman rumahnya, Nasir terlebih dahulu turun dan segera membuka pintu mobilnya di sebelah kiri lalu mempersilakan aku turun. Aku sangat kagum melihat rumah tempat tinggalnya yang berlantai dua. Lantai bawah digunakan sebagai gudang dan kantor perusahaannya, sementara lantai atas digunakan sebagai tempat tinggal bersama istri. Aku hanya ikut di belakangnya.“Inilah hasil usaha kami Nis selama beberapa tahun di Makassar†katanya sambil menunjukkan tumpukan beras dan ruangan kantornya.“Wah cukup hebat kamu Sir. Usahamu cukup lemayan. Kamu sangat berhasil dibanding aku yang belum jelas sumber kehidupanku†kataku padanya.“Dar, Dar, inilah teman kuliahku dulu yang pernah kuceritakan tempo hari. Kenalkan istri cantik saya†teriak Nas ir memanggil istrinya dan langsung kami dikenalkan.“Sidarâ€, kata istrinya menyebut namanya ketika kusalami tangannya sambil ia tersenyum ramah dan manis seolah menunjukkan rasa kegembiraan.“Anisâ€, kataku pula sambil membalas senyumannya.Nampaknya Sidar ini adalah seorang istri yang baik hati, ramah dan selalu memelihara kecantikannya. Usianya kutaksir baru sekitar 25 tahun dengan tubuh sedikit langsing dan tinggi badan sekitar 145 cm serta berambut agak panjang. Tangannya terasa hangat dan halus sekali. Setelah selesai menyambutku, Sidar lalu mempersilakanku duduk dan ia buru-buru masuk ke dalam seolah ada urusan penting di dalam. Belum lama kami bincang-bincang seputar perjalanan usaha Nasir dan pertemuannya dengan Sidar di Kota Makassar ini, dua cangkir kopi susu beserta kue-kue bagus dihidangkan oleh Sidar di atas meja yang ada di depan kami.“Silakah Kak, dinikmati hidangan ala kadarnya†ajakan Sidar me nyentuh langsung ke lubuk hatiku. Selain karena senyuman manisnya, kelembutan suaranya, juga karena penampilan, kecantikan dan sengatan bau farfumnya yang harum itu. Dalam hati kecilku mengatakan, alangkah senang dan bahagianya Nasir bisa mendapatkan istri seperti Sidar ini. Seandainya aku juga mempunyai istri seperti dia, pasti aku tidak bisa ke mana-mana“Eh, kok malah melamun. Ada masalah apa Nis sampai termenung begitu? Apa yang mengganggu pikiranmu?†kata Nasir sambil memegang pundakku, sehingga aku sangat kaget dan tersentak.“Ti.. Tidak ada masalah apa-apa kok. Hanya aku merenungkan sejenak tentang pertemuan kita hari ini. Kenapa bisa terjadi yah,†alasanku.Sidar hanya terdiam mendengar kami bincang-bincang dengan suaminya, tapi sesekali ia memandangiku dan menampakkan wajah cerianya.“Sekarang giliranmu Nis cerita tentang perjalanan hidupmu bersama istri setelah sejak tadi hanya aku yang bicara. Silahka n saja cerita panjang lebar mumpun hari ini aku tidak ada kesibukan di luar. Lagi pula anggaplah hari ini adalah hari keistimewaan kita yang perlu dirayakan bersama. Bukankah begitu Dar..?†kata Nasir seolah cari dukungan dari istrinya dan waktunya siap digunakan khusus untukku.“Ok, kalau gitu aku akan utarakan sedikit tentang kehidupan rumah tanggaku, yang sangat bertolak belakang dengan kehidupan rumah tangga kalian†ucapanku sambil memperbaiki dudukku di atas kursi empuk itu.“Maaf jika terpaksa kuungkapkan secara terus terang. Sebenarnya kedatanganku di kota Makassar ini justru karena dipicu oleh problem rumah tanggaku. Aku selalu cekcok dan bertengkar dengan istriku gara-gara aku kesulitan mendapatkan lapangan kerja yang layak dan mempu menghidupi keluargaku. Akhirnya kuputuskan untuk meninggalkan rumah guna mencari pekerjaan di kota ini. Eh.. Belum aku temukan pekerjaan, tiba-tiba kita ketemu tadi setelah dua hari aku ke sana ke mari. Mungkin pertemuan kita ini ada hikmahnya. Semoga saja pertemuan kita ini merupakan jalan keluar untuk mengatasi kesulitan rumahtanggaku†Kisahku secara jujur pada Nasir dan istrinya.Mendengar kisah sedihku itu, Nasir dan istrinya tak mampu berkomentar dan nampak ikut sedih, bahkan kami semua terdiam sejenak. Lalu secara serentak mulut Nasir dan istrinya terbuka dan seolah ingin mengatakan sesuatu, tapi tiba-tiba mereka saling menatap dan menutup kembali mulutnya seolah mereka saling mengharap untuk memulai, namun malah mereka ketawa terbahak, yang membuatku heran dan memaksa juga ketawa.“Begini Nis, mungkin pertemuan kita ini benar ada hikmahnya, sebab kebetulan sekali kami butuh teman seperti kamu di rumah ini. Kami khan belum dikaruniai seorang anak, sehingga kami selalu kesepian. Apalagi jika aku ke luar kota misalnya ke Bone, maka istriku terpaksa sendirian di rumah meskipun sekali-kali ia memanggil kemanakannya untuk mene mani selama aku tidak ada, tapi aku tetap menghawatirkannya. Untuk itu, jika tidak memberatkan, aku inginkan kamu tinggal bersamaku. Anggaplah kamu sudah dapatkan lapangan kerja baru sebagai sumber mata pencaharianmu. Segala keperluan sehari-harimu, aku coba menanggung sesuai kemampuanku†kata Nasir bersungguh-sungguh yang sesekali diiyakan oleh istrinya.“Maaf kawan, aku tidak mau merepotkan dan membebanimu. Biarlah aku cari kerja di tempat lain saja dan..†Belum aku selesai bicara, tiba-tiba Nasir memotong dan berkata..“Kalau kamu tolak tawaranku ini berarti kamu tidak menganggapku lagi sebagai sahabat. Kami ikhlas dan bermaksud baik padamu Nis†katanya.“Tetapi,†Belum kuutarakan maksudku, tiba-tiba Sidar juga ikut bicara..“Benar Kak, kami sangat membutuhkan teman di rumah ini. Sudah lama hal ini kami pikirkan tapi mungkin baru kali ini dipertemukan dengan orang yang tepat dan sesuai hati nurani. Apal agi Kak Anis ini memang sahabat lama Kak Nasir, sehingga kami tidak perlu ragukan lagi. Bahkan kami sangat senan jika Kak sekalian menjemput istrinya untuk tinggal bersama kita di rumah ini†ucapan Sidar memberi dorongan kuat padaku.“Kalau begitu, apa boleh buat. Terpaksa kuterima dengan senang hati, sekaligus kuucapkan terima kasih yang tak terhingga atas budi baiknya. Tapi sayangnya, aku tak memiliki keterampilan apa-apa untuk membantu kalian†kataku dengan pasrah.Tiba-tiba Nasir dan Sidar bersamaan berdiri dan langsung saling berpelukan, bahkan saling mengecup bibir sebagai tanda kegembiraannya. Lalu Nasir melanjutkan rangkulannya padaku dan juga mengecup pipiku, sehingga aku sedikit malu dibuatnya.“Terima kasih Nis atas kesediaanmu menerima tawaranku semoga kamu berbahagia dan tidak kesulitan apapun di rumah ini. Kami tak membutuhkan keterampilanmu, melainkan kehadiranmu menemani kami di rumah ini. Kami hanya butuh teman bermain dan tukar pikiran, sebab tenaga kerjaku sudah cukup untuk membantu mengelola usahaku di luar. Kami sewaktu-waktu membutuhkan nasehatmu dan istriku pasti merasa terhibur dengan kehadiranmu menemani jika aku keluar rumah†katanya dengan sangat bergembira dan senang mendengar persetujuanku.Kurang lebih satu bulan lamanya kami seolah hanya diperlakukan sebagai raja di rumah itu. Makanku diurus oleh Sidar, tempat tidurku terkadang juga dibersihkan olehnya, bahkan ia meminta untuk mencuci pakaianku yang kotor tapi aku keberatan. Selama waktu itu pula, aku sudah dilengkapi dengan pakaian, bahkan kamar tidurku dibelikan TV 20 inch lengkap dengan VCD-nya. Aku sangat malu dan merasa berutang budi pada mereka, sebab selain pakaian, akupun diberi uang tunai yang jumlahnya cukup besar bagiku, bahkan belakangan kuketahui jika ia juga seringkali kirim pakaian dan uang ke istri dan anak-anakku di Bone lewat mobil.Kami bertiga sudah cukup a krab dan hidup dalam satu rumah seperti saudara kandung bersenda gurau, bercengkerama dan bergaul tanpa batas seolah tidak ada perbedaan status seperti majikan dan karyawannya. Kebebasan pergaulanku dengan Sidar memuncak ketika Nasir berangkat ke Sulawesi Tenggara selama beberapa hari untuk membawa beras untuk di jual di sana karena ada permintaan dari langgarannya.Pada malam pertama keberangkatan Nasir, Sidar nampak gembira seali seolah tidak ada kekhawatiran apa-apa. Bahkan sempat mengatakan kepada suaminya itu kalau ia tidak takut lagi ditinggalkan meskipun berbulan-bulan lamanya karena sudah ada yang menjaganya, namun ucapannya itu dianggapnya sebagai bentuk humor terhadap suaminya. Nasir pun nampak tidak ada kekhawatiran meninggalkan istrinya dengan alasan yang sama.Malam itu kami (aku dan Sidar) menonton bersama di ruang tamu h ingga larut malam, karena kami sambil tukar pengalaman, termasuk soal sebelum nikah dan latar belakang perkawinan kami masing-masing. Sikap dan tingkah laku Sidar sedikit berbeda dengan malam-malm sebelumnya. Malam itu, Sidar membuat kopi susu dan menyodorkanku bersama pisang susu, lalu kami nikmati bersama-sama sambil nonton. Ia makan sambil berbaring di sampingku seolah dianggap biasa saja. Sesekali ia membalikkan tubuhnya kepadaku sambil bercerita, namun aku pura-pura bersikap biasa, meskipun ada ganjalan aneh di benakku.“Nis, kamu tidak keberatan khan menemaniku nonton malam ini? Besok khan tidak ada yang mengganggu kita sehingga kita bisa tidur siang sepuasnya?†tanya Sidar tiba-tiba seolah ia tak mengantuk sedikitpun.“Tidak kok Dar. Aku justru senang dan bahagia bisa nonton bersama majikanku†kataku sedikit menyanjungnya. Sid ar lalu mencubitku dan..“Wii de.. De, kok aku dibilangin majikan. Sebel aku mendengarnya. Ah, jangan ulang kata itu lagi deh, aku tak sudi dipanggil majikan†katanya.“Hi.. Hi.. Hi, tidak salah khan. Maaf jika tidak senang, aku hanya main-main. Lalu aku harus panggil apa? Adik, Non, Nyonya atau apa?â€â€œTerserah dech, yang penting bukan majikan. Tapi aku lebih seneng jika kamu memanggil aku adik†katanya santai.“Oke kalau begitu maunya. Aku akan panggil adik saja†kataku lagi.Malam semakin larut. Tak satupun terdengar suara kecuali suara kami berdua dengan suara TV. Sidar tiba-tiba bangkit dari pembaringannya.“Nis, apa kamu sering nonton kaset VCD bersama istrimu?†tanya Sidar dengan sedikit rendah suaranya seolah tak mau didengar orang lain.“Eng.. Pernah, tapi sama-sama dengan orang lain juga karena kami nonton di rumahnya†jawabku menyembunyikan sikap keherananku atas pertanyaannya yang tiba-ti ba dan sedikit aneh itu.“Kamu ingat judulnya? Atau jalan ceritanya?†tanyanya lagi.“Aku lupa judulnya, tapi pemainnya adalah Rhoma Irama dan ceritanya adalah masalah percintaan†jawabku dengan pura-pura bersikap biasa.“Masih mau ngga kamu temani aku nonton film dari VCD? Kebetulan aku punya kaset VCD yang banyak. Judulnya macam-macam. Terserah yang mana Anis suka†tawarannya, tapi aku sempat berfikir kalau Sidar akan memutar film yang aneh-aneh, film orang dewasa dan biasanya khusus ditonton oleh suami istri untuk membangkitkan gairahnya.Setelah kupikir segala resiko, kepercayaan dan dosa, aku lalu bikin alasan.“Sebenarnya aku senang sekali, tapi aku takut.. Eh.. Maaf aku sangat ngantuk. Jika tidak keberatan, lain kali saja, pasti kutemani†kataku sedikit bimbang dan takut alasanku salah. Tapi akhirnya ia terima meskipun nampaknya sedikit kecewa di wajahnya dan kurang semangat.“Baiklah jika meman g kamu sudah ngantuk. Aku tidak mau sama sekali memaksamu, lagi pula aku sudah cukup senang dan bahagia kamu bersedia menemaniku nonton sampai selarut ini. Ayo kita masuk tidur†katanya sambil mematikan TV-nya, namun sebelum aku menutup pintu kamarku, aku melihat sejenak ia sempat memperhatikanku, tapi aku pura-pura tidak menghiraukannya.Di atas tempat tidurku, aku gelisah dan bingung mengambil keputusan tentang alasanku jika besok atau lusa ia kembali mengajakku nonton film tersebut. Antara mau, malu dan rasa takut selalu menghantukiku. Mungkin dia juga mengalami hal yang sama, karena dari dalam kamarku selalu terdengar ada pintu kamar terbuka dan tertutup serta air di kamar mandi selalu kedengaran tertumpah.Setelah kami makan malam bersama keesokan harinya, kami kembali nonton TV sama-sama di ruang tamu, tapi penampilan Sidar kali ini agak lain dari biasanya. Ia berpakaian serba tipis dan tercium bau farfumnya yang harum menyengat hid up sepanjang ruang tamu itu. Jantungku sempat berdebar dan hatiku gelisah mencari alasan untuk menolak ajakannya itu, meskipun gejolak hati kecilku untuk mengikuti kemauannya lebih besar dari penolakanku. Belum aku sempat menemukan alasan tepat, maka“Nis, masih ingat janjimu tadi malam? Atau kamu sudah ngantuk lagi?†pertanyaan Sidar tiba-tiba mengagetkanku.“O, oohh yah, aku ingat. Nonton VCD khan? Tapi jangan yang seram-seram donk filmnya, aku tak suka. Nanti aku mimpi buruk dan membuatku sakit, khan repot jadinya†jawabku mengingatkan untuk tidak memutar film porn.“Kita liat aja permainannya. Kamu pasti senang menyaksikannya, karena aku yakin kamu belum pernah menontonnya, lagi pula ini film baru†kata Sidar sambil meraih kotak yang berisi setumpuk kaset VCD lalu menarik sekeping kaset yang paling di atas seolah ia telah mempersiapkannya, lalu memasukkan ke CD, lalu mundur dua langkah dan duduk di sampingku menunggu apa geranga n yang akan muncul di layar TV tersebut.Dag, dig, dug, getaran jantungku sangat keras menunggu gambar yang akan tampil di layar TV. Mula-mula aku yakin kalau filmnya adalah film yang dapat dipertontonkan secara umum karena gambar pertama yang muncul adalah dua orang gadis yang sedang berloma naik speed board atau sampan dan saling membalap di atas air sungat. Namun dua menit kemudian, muncul pula dua orang pria memburuhnya dengan naik kendaraan yang sama, akhirnya keempatnya bertemu di tepi sungai dan bergandengan tangan lalu masuk ke salah satu villa untuk bersantai bersama.Tak lama kemudian mereka berpasang-pasangan dan saling membuka pakaiannya, lalu saling merangkul, mencium dan seterusnya sebagaimana layaknya suami istri. Niat penolakanku tadi tiba-tiba terlupakan dan terganti dengan niat kemauanku. Kami tidak mampu mengeluarkan kata-kata, terutama ketika kami menyaksikan dua pasang muda mudi bertelanjang bulat dan saling menjilati ke maluannya, bahkan saling mengadu alat yang paling vitalnya. Kami hanya bisa saling memandang dan tersenyum.“Gimana Nis,? Asyik khan? Atau ganti yang lain saja yang lucu-lucu?†pancing Sidar, tapi aku tak menjawabnya, malah aku melenguh panjang.“Apa kamu sering dan senang nonton film beginian bersama suamimu?†giliran aku bertanya, tapi Sidar hanya menatapku tajam lalu mengangguk.“Hmmhh†kudengar suara nafas panjang Sidar keluar dari mulutnya.“Apa kamu pernah praktekkan seperti di film itu Nis?†tanya Sidar ketika salah seorang wanitanya sedang menungging lalu laki-lakinya menusukkan kontolnya dari belakang lalu mengocoknya dengan kuat.“Tidak, belum pernah†jawabku singkat sambil kembali bernafas panjang.“Maukah kamu mencobanya nanti?†tanya Sidr dengan suara rendah.“Dengan siapa, kami khan pisah dengan istri untuk sementara†kataku.“Jika kamu bertemu istrimu nanti atau wanita lain misalnya†kata Sidar.“Yachh.. Kita liat saja nanti. Boleh juga kami coba nanti hahaha†kataku.“Nis, apa malam ini kamu tidak ingin mencobanya?†Tanya Sidar sambil sedikit merapatkan tubuhnya padaku. Saking rapatnya sehingga tubuhnya terasa hangatnya dan bau harumnya.“Dengan siapa? Apa dengan wanita di TV itu?†tanyaku memancing.“Gimana jika dengan aku? Mumpung hanya kita berdua dan nggak bakal ada orang lain yang tahu. Mau khan?†Tanya Sidar lebih jelas lagi mengarah sambil menyentuh tanganku, bahkan menyandarkan badannya ke badanku.Sungguh aku kaget dan jantungku seolah copot mendengar rincian pertanyaannya itu, apalagi ia menyentuhku. Aku tidak mampu lagi berpikir apa-apa, melainkan menerima apa adanya malam itu. Aku tidak akan mungkin mampu menolak dan mengecewakannya, apalagi aku sangat menginginkannya, karen a telah beberapa bulan aku tidak melakukan sex dengan istriku. Aku mencoba merapatkan badanku pula, lalu mengelus tangannya dan merangkul punggungnya, sehingga terasa hangat sekali.“Apa kamu serius? Apa ini mimpi atau kenyataan?†Tanyaku amat gembira.“Akan kubuktikan keseriusanku sekarang. Rasakan ini sayang†tiba-tiba Sidar melompat lalu mengangkangi kedua pahaku dan duduk di atasnya sambil memelukku, serta mencium pipi dan bibirku bertubi-tubi.Tentu aku tidak mampu menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku segera menyambutnya dan membalasnya dengan sikap dan tindakan yang sama. Nampaknya Sidar sudah ingin segera membuktikan dengan melepas sarung yang dipakainya, tapi aku belum mau membuka celana panjang yang kepakai malam itu.Pergumulan kami dalam posisi duduk cukup lama, meskipun berkali-kali Sidar memintaku untuk segera melepaskan celanaku, bahkan ia sendiri beberapa kali berusaha membuka kancingnya, tapi selalu saja k uminta agar ia bersabar dan pelan-pelan sebab waktunya sangat panjang.“Ayo Kak Nis, cepat sayang. Aku sudah tak tahan ingin membuktikannya†rayu Sidar sambil melepas rangkulannya lalu ia tidur telentang di atas karpet abu-abu sambil menarik tanganku untuk menindihnya. Aku tidak tega membiarkan ia penasaran terus, sehingga aku segera menindihnya.“Buka celana sayang. Cepat.. Aku sudah capek nih, ayo dong,†pintanya.Akupun segera menuruti permintaannya dan melepas celana panjangku. Setelah itu, Sidar menjepitkan ujung jari kakinya ke bagian atas celana dalamku dan berusaha mendorongnya ke bawah, tapi ia tak berhasil karena aku sengaja mengangkat punggungku tinggi-tinggi untuk menghindarinya.Ketika aku mencoba menyingkap baju daster yang dipakaianya ke atas lalu ia sendiri melepaskannya, aku kaget sebab tak kusangka kalau ia sama sekali tidak pakai celana. Dalam hatiku bahwa mungkin ia memang sengaja siap-siap akan bers etubuh denganku malam itu. Di bawah sinar lampu 10 W yang dibarengi dengan cahaya TV yang semakin seru bermain bugil, aku sangat jelas menyaksikan sebuah lubang yang dikelilingi daging montok nan putih mulus yang tidak ditumbuhi bulu selembar pun.Tampak menonjol sebuah benda mungil seperti biji kacang di tengah-tengahnya. Rasanya cukup menantang dan mempertinggi birahiku, tapi aku tetap berusaha mengendalikannya agar aku bisa lebih lama bermain-main dengannya. Ia sekarang sudah bugil 100%, sehingga terlihat bentuk tubuhnya yang langsing, putih mulus dan indah sekali dipandang.“Ayo donk, tunggu apa lagi sayang. Jangan biarkan aku tersiksa seperti ini†pinta Sidar tak pernah berhenti untuk segera menikmati puncaknya.“Tenang sayang. Aku pasti akan memuaskanmu malam ini, tapi saya masih mau bermain-main lebih lama biar kita lebih banyak menikmatinyaâ€katakuSecara perlahan tapi pasti, ujung lidahku mulai menyentuh tepi lub ang kenikmatannya sehingga membuat pinggulnya bergerak-gerak dan berdesis.“Nikmat khan kalau begini?†tanyaku berbisik sambil menggerak-gerakkan lidahku ke kiri dan ke kanan lalu menekannya lebih dalam lagi sehingga Sidar setengah berteriak dan mengangkat tinggi-tinggi pantatnya seolah ia menyambut dan ingin memperdalam masuknya ujung lidahku.Ia hanya mengangguk dan memperdengarkan suara desis dari mulutnya.“Auhh.. Aakkhh.. Iihh.. Uhh.. Oohh.. Sstt†suara itu tak mampu dikurangi ketika aku gocok-gocokkan secara lebih dalam dan keras serta cepat keluar masuk ke lubang kemaluannya.“Teruuss sayang, nikkmat ssekalii.. Aakhh.. Uuhh. Aku belum pernah merasakan seperti ini sebelumnya†katanya dengan suara yang agak keras sambil menarik-narik kepalaku agar lebih rapat lagi.“Bagaimana? Sudah siap menyambut lidahku yang panjang lagi keras?†tanyaku sambil melepaskan seluruh pakaianku yang masih tersisa dan kamip un sama-sama bugil.Persentuhan tubuhku tak sehelai benangpun yang melapisinya. Terasa hangatnya hawa yang keluar dari tubuh kami.“Iiyah,. Dari tadi aku menunggu. Ayo,. Cepat†kata Sidar tergea-gesa sambil membuka lebar-lebar kedua pahanya, bahkan membuka lebar-lebar lubang vaginanya dengan menarik kiri kanan kedua bibirnya untuk memudahkan jalannya kemaluanku masuk lebih dalam lagi.Aku pun tidak mau menunda-nunda lagi karena memang aku sudah puas bermain lidah di mulut atas dan mulut bawahnya, apalagi keduanya sangat basah. Aku lalu mengangkat kedua kakinya hingga bersandar ke bahuku lalu berusaha menusukkan ujung kemaluanku ke lubang vagina yang sejak tadi menunggu itu. Ternyata tidak mampu kutembus sekaligus sesuai keinginanku. Ujung kulit penisku tertahan, padahal Sidar sudah bukan perawan lagi.“Ssaakii t ssediikit.., ppeelan-pelan sedikit†kata Sidar ketika ujung penisku sedikit kutekan agak keras. Aku gerakkan ke kiri dan ke kanan tapi juga belum berhasil amblas.Aku turunkan kedua kakinya lalu meraih sebuah bantal kursi yang di belakanku lalu kuganjalkan di bawah pinggulnya dan membuka lebar kedua pahanya lalu kudorong penisku agak keras sehingga sudah mulai masuk setengahnya. Sidarpun merintih keras tapi tidak berkata apa-apa, sehingga aku tak peduli, malah semakin kutekan dan kudorong masuk hingga amblas seluruhnya. Setelah seluruh batang penisku terbenam semua, aku sejenak berhenti bergerak karena capek dan melemaskan tubuhku di atas tubuh Sidar yang juga diam sambil bernafas panjang seolah baru kali ini menikmati betul persetubuhan.Sidar kembali menggerak-gerakkan pinggulnya dan akupun menyambutnya. Bahkan aku tarik maju mundur sedikit demi sedikit hingga jalannya agak cepat lalu cepat sekali. Pinggul kami bergerak, bergoyang dan berputar seirama sehingga menimbulkan bunyi-bunyian yangberirama pula.“Tahan sebentar†kataku sambil mengangkat kepala Sidar tanpa mencabut penisku dari lubang vagina Sidar sehingga kami dalam posisi duduk.Kami saling merangkul dan menggerakkan pinggul, tapi tidak lama karena terasa sulit. Lalu aku berbaring dan telentang sambil menarik kepada Sidar mengikutiku, sehingga Sidar berada di atasku. Kusarankan agar ia menggoyang, mengocok dan memompa dengan keras lagi cepat. I pun cukup mengerti keinginanku sehingga kedua tangannya bertumpu di atas dadaku lalu menghentakkan agak keras bolak balik pantatnya ke penisku, sehingga terlihat kepalanya lemas dan seolah mau jatuh sebab baru kali itu ia melakukannya dengan posisi seperti itu. Karena itu, kumaklumi jika ia cepat capek dan segera menjatuhkan tubuhnya menempel ke atas tubuhku, me skipun pinggulnya masih tetap bergerak naik turun.“Kamu mungkin sangat capek. Gimana kalau ganti posisi?†kataku sambil mengangkat tubuh Sidar dan melapas rangkulannya.“Posisi bagaimana lagi? Aku sudah beberapa kali merasa nikmat sekali†tanyanya heran seolah tidak tahu apa yang akan kulakukan, namun tetap ia ikuti permintaanku karena ia pun merasa sangat nikmat dan belum pernah mengalami permainan seperti itu sebelumnya.“Terima saja permainanku. Aku akan tunjukkan beberapa pengalamankuâ€â€œYah.. Yah.. Cepat lakukan apa saja†katanya singkat.Aku berdiri lalu mengangkat tubuhnya dari belakang dan kutuntunnya hingga ia dalam posisi nungging. Setelah kubuka sedikit kedua pahanya dari belakan, aku lalu menusukkan kembali ujung penisku ke lubangnya lalu mengocok dengan keras dan cepat sehingga menimbulkan bunyi dengan irama yang indah seiring dengan gerakanku. Sidar pun terengah-engah dan napasnya terputus-putus mener ima kenikmatan itu. Posisi kami ini tak lama sebab Sidar tak mampu menahan rasa capeknya berlutut sambil kupompa dari belakan. Karenanya, aku kembalikan ke posisi semula yaitu tidur telentang dengan paha terbuka lebar lalu kutindih dan kukocok dari depan, lalu kuangkat kedua kakinya bersandar ke bahuku.Posisi inilah yang membuat permainan kami memuncak karena tak lama setelah itu, Sidar berteriak-teriak sambil merangkul keras pinggangku dan mencakar-cakar punggungku. Bahkan sesekali menarik keras wajahku menempel ke wajahnya dan menggigitnya dengan gigitan kecil. Bersamaan dengan itu pula, aku merasakan ada cairan hangat mulai menjalar di batang penisku, terutama ketika terasa sekujur tubuh Sidar gemetar.Aku tetap berusaha untuk menghindari pertemuan antara spermaku dengan sel telur Sidar, tapi terlambat, karena baru aku mencoba mengangkat punggungku dan berniat menumpahkan di luar rahimnya, tapi Sidar malah mengikatkan tangannya lebih era t seolah melarangku menumpahkan di luar yang akhirnya cairan kental dan hangat itu terpaksa tumpah seluruhnya di dalam rahim Sidar. Sidar nampaknya tidak menyesal, malah sedikit ceria menerimanya, tapi aku diliputi rasa takut kalau-kalau jadi janin nantinya, yang akan membuatku malu dan hubungan persahabatanku berantakan.Setelah kami sama-sama mencapai puncak, puas dan menikmati persetubuhan yang sesungguhnya, kami lalu tergeletak di atas karpet tanpa bantal. Layar TV sudah berwarna biru karena pergumulan filmnya sejak tadi selesai. Aku lihat jam dinding menunjukkan pukul 12.00 malam tanpa terasa kami bermain kurang lebih 3 jam. Kami sama-sama terdiam dan tak mampu berkata-kata apapun hingga tertidur lelap. Setelah terbangun jam 7.00 pagi di tempat itu, rasanya masih terasa capek bercampur segar.“Nis, kamu sangat hebat. Aku belum pernah mendapatkan kenikmatan dari suamiku selama ini seperti yang kamu berikan tadi malam†kata Sidar ket ika ia juga terbangun pagi itu sambil merangkulku.“Benar nih, jangan-jangan hanya gombal untuk menyenangkanku†tanyaku.“Sumpah.. Terus terang suamiku lebih banyak memikirkan kesenangannya dan posisi mainnya hanya satu saja. Ia di atas dan aku di bawah. Kadang ia loyo sebelum memuaskanku



Top Ad 728x90

Top Ad 728x90